IAIM NU METRO LAMPUNG
Kebudayaan Primitif, Agraris dan Industrial
Kata Pengantar
Puji syukur kita curahkan ke hadirat
Allah SWT yang telah memberikan kita banyak nikmat, nikmat yang tak terhingga
banyaknya, Sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebudayaan
Primitif, Agraris dan Industrial” ini Shalawat bertangkaikan salam kita junjung
tinggikan ke Ruh Baginda Rasulullah SAW yang selalu kita harap – harapkan
syafaatnya hingga di akhir kelak nanti.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada Bapak Dosen Pembimbing yang telah
mempercayakan dan memberikan arahan, bimbingan, dan juga waktu dalam penyusunan
dalam makalah ini. Tak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
rekan – rekan Mahasiswa dan juga semua pihak – pihak yang telah ikut
berpartisivasi dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan juga
kesalahan. Baik dalam pengejaan dan juga kesalahan – kesalahan lain. Mengingat
akan pengetahuan penyusun yang masih terbatas. Oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritikan, saran, dan masukan – masukan yang bersifat membangun
untuk memperbaiki makalah ini dan makalah – makalah berikutnya yang akan
datang.
Sibuhuan, ….. Mei 2016
Penyusun,
RUDY RISMAWAN
Daftar Isi
Kata
Pengantar.................................................................................................
i
Daftar
Isi...........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1
- Latar Belakang...................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................
3
- Ciri – Ciri Negara Berkembang dan Negara Industri........................... 3
1. Ciri – Ciri
Negara Berkembang...................................................... 3
2. Ciri – Ciri
Negara Maju.................................................................. 6
- Kebudayaan Primitif............................................................................. 9
1. Ciri – Ciri
Masyarakat Primitif....................................................... 10
2. Kegiatan
Masyarakat Primitif......................................................... 11
- Masyarakat Agraris............................................................................... 12
1. Kebudayaan
Masyarakat Agraris.................................................... 13
2. Ciri – Ciri
Masyarakat Agraris........................................................ 14
3. Kegiatan
Masyarakat Agraris......................................................... 15
4. Perkembangan
Masyarakat Agraris................................................ 16
- Masyarakat Industri.............................................................................. 16
1. Ciri – Ciri
Masyarakat Industri....................................................... 17
2. Perilaku
Masyarakat Industri..........................................................
20
3. Kebudayaan
Masyarakat Industri................................................... 20
4. Mata Pencaharian............................................................................
21
BAB III
PENUTUP.........................................................................................
23
- Kesimpulan........................................................................................... 23
- Saran..................................................................................................... 24
Daftar
Pustaka..................................................................................................
25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Suatu negara memiliki kondisi sosial
ekonomi yang berbeda-beda. Ada yang masih bergantung pada negara lain, ada yang
sebatas mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, dan ada yang telah mampu memberi bantuan
kepada negara lain. Perbedaan kondisi tersebut menyebabkan terjadinya
pengelompokan-pengelompokan negara berdasarkan kondisi sosial ekonominya.
Kalian tentu pernah mendengar bahwa negara-negara, seperti Inggris, Amerika
Serikat, Prancis ataupun Jerman disebut sebagai negara maju. Kemajuan
negara-negara tersebut dapat dilihat dari banyaknya kota-kota metropolitan yang
dicirikan dengan kondisi fisik berupa banyaknya bangunan atau gedung-gedung
tinggi sebagai kawasan industri dan perkantoran. Hal tersebut dikarenakan
mayoritas negara maju perekonomiannya bertumpu pada sektor industri, jasa dan
perdagangan. Adapun negara-negara seperti Afrika Selatan, India, Pakistan,
Laos, Malaysia, dan termasuk negara kita disebut negara berkembang. Negara
berkembang pada umumnya bercorak agraris, karena masih banyak ditemui lahan
pertanian yang luas dan subur.
Suatu negara dapat disebut negara
berkembang atau negara maju didasarkan pada keberhasilan pembangunan oleh
negara yang bersangkutan. Suatu negara digolongkan sebagai negara berkembang
jika negara tersebut belum dapat mencapai tujuan pembangunan yang telah
ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah
dilakukan. Adapun suatu negara digolongkan sebagai negara maju jika negara
tersebut telah mampu menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah
dilakukan, sehingga sebagian besar tujuan pembangunan telah dapat terwujud,
baik yang bersifat fisik ataupun nonfisik.
Industrialisasi adalah suatu
proses perubahan sosial ekonomi yang
merubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri.
Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat
berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam
(spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi
adalah bagian dari proses modernisasi dimana
perubaha sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.Dalam
Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia dimana manusia merubah pandangan
lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan didasarkan
atas pertimbangan, efisiensi, dan
perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi).[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ciri-Ciri Negara Berkembang Dan Negara Industri
Suatu negara dapat disebut negara
berkembang atau negara maju didasarkan pada keberhasilan pembangunan oleh
negara yang bersangkutan. Suatu negara digolongkan sebagai negara berkembang
jika negara tersebut belum dapat mencapai tujuan pembangunan yang telah
ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah
dilakukan. Adapun suatu negara digolongkan sebagai negara maju jika negara tersebut
telah mampu menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan,
sehingga sebagian besar tujuan pembangunan telah dapat terwujud, baik yang
bersifat fisik ataupun nonfisik. Penggolongan suatu negara menjadi negara maju
atau berkembang daspat diketahui berdasarkan indikator-indikator berikut.
1.
Ciri-Ciri Negara Berkembang
a)
Memiliki
Berbagai Masalah Kependudukan
Berbagai tekanan dan masalah kependudukan yang
merupakan masalah kompleks di negara-negara berkembang, antara lain:
1)
laju
pertumbuhan dan jumlah penduduk relatif tinggi;
2)
persebaran
penduduk tidak merata;
3)
tingginya
angka beban tanggungan;
4)
kualitas
penduduk relatif rendah; sehingga mengakibatkan tingkat produktivitas penduduk
juga rendah
5)
angka kemiskinan
dan pengangguran relatif tinggi; serta
6)
rendahnya
pendapatan perkapita.
b)
Produktivitas
Masyarakatnya Masih Didominasi Barang-Barang Primer
Hal ini dikarenakan, pada umumnya
> 70% penduduk di negara berkembang berlatar belakang kehidupan agraris yang
cara pengolahannya masih dilakukan dengan alat-alat dan metode-metode
sederhana. Kondisi ini pula yang menyebabkan sebagian besar penduduk
negara-negara berkembang masih tinggal di pedesaan.
c)
Sumber Daya
Alam Belum dapat Dimanfaatkan secara Optimal
Pemanfaatan kekayaan alam yang
dimiliki belum mampu dioptimalkan. Dalam pemanfaatannya, negara berkembang
masih bekerja sama dengan negara maju dalam mengeksploitasi sumber daya alam
yang dimiliki. Hasil sumber daya alam ini pada akhirnya dijadikan komoditas
perdagangan (ekspor) karena belum memiliki teknologi untuk mengolahnya lebih
lanjut. Oleh karena itu, pada umumnya negara berkembang mengandalkan ekspor
dari hasil alam mentah.[2]
d)
Ketergantungan
terhadap Negara Maju
Negara berkembang pada umumnya
sedang giat-giatnya melakukan pembangunan, namun terbentur kendala modal dan
teknologi. Oleh karena itu, mereka cenderung tergantung pada teknologi dan
kucuran dana (baik hibah ataupun pinjaman) dari negara-negara yang lebih maju
(negara donor) demi kelangsungan pembangunan yang sedang dijalankan. Pada
praktiknya, negara-negara donor tersebut pemberikan pengaruh yang bersifat
mengikat dan terkesan mendikte terhadap negara-negara yang dibantunya.
e)
Keterbatasan
Fasilitas Umum
Kemampuan pemerintah negara
berkembang dalam bidang keuangan negara menyebabkan keterbatasan fasilitas umum
yang mampu disediakan oleh pemerintah.
f)
Tingkat
Kesadaran Hukum, Kesetaraan Gender, dan Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia
Relatif Rendah
Tingkat partisipasi masyarakat dalam
penegakan hukum relatif masih rendah. Masyarakatnya (termasuk pejabatnya) masih
banyak yang melakukan kecurangan-kecurangan hukum tanpa rasa malu.
Bentuk-bentuk pelanggaran hukum yang terjadi, antara lain pemaksaan kehendak, penyuapan,
korupsi, kolusi, nepotisme, perusakan fasilitas umum, dan sebagainya.
Kesetaraan gender juga belum membudaya, wanita yang aktif bekerja masih
dianggap sebagai hal yang kurang pantas menurut beberapa kalangan. Penegakan
dan perlindungan hak asasi manusia juga belum dapat dilaksanakan secara
optimal.
g)
Tingkat
Pendidikan Masih Rendah
Tingkat pendidikan pendudukan di
negara-negara berkembang secara umum masih rendah. Hal tersebut dikarenakan
sarana dan prasarana pendidikan baik formal maupun nonformal masih terbatas dan
belum memadai sehingga belum dapat dijangkau oleh seluruh penduduk di negara
tersebut. Akibatnya, masih banyak dijumpai penduduk yang buta huruf.
h)
Tingkat
Pendapatan Masih Rendah
Mayoritas penduduk negara berkembang
bekerja pada sektor pertanian yang umumnya masih dikerjakan secara tradisional.
Tingkat pendidikan serta penguasaan Iptek oleh penduduk yang rata-rata masih
rendah menyebabkan penduduk tidak mampu bersaing untuk bekerja atau menciptakan
pekerjaan di sektor lain. Kondisi demikian mengakibatkan penduduk negara
berkembang memiliki penghasilan atau pendapat rata-rata yang relatif rendah,
sehingga pendapatan perkapita juga rendah.
i)
Tingkat
Kesehatan
Taraf kehidupan penduduk negara
berkembang yang masih rendah juga berdampak pada tingkat kesehatan penduduknya.
Pada umumnya penduduk negara berkembang belum memiliki kesadaran akan
pentingnya kesehatan. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan menyebabkan
tingkat kesehatan rata-rata penduduk di negara berkembang masihrendahjuga
ditandai dengan angka kematian danangka kelahiran tinggi, sedangkan angka
harapan hidup rendah.
2.
Ciri-Ciri Negara Maju
a)
Sumber Daya
Alam Dimanfaatkan secara Optimal
Pemanfaatan teknologi dan
kepemilikan modal membuat masyarakat di negara maju mampu memanfaatkan sumber
daya alam secara optimal, menemukan sumber daya alam baru, ataupun memanfaatkan
sumber daya alam yang telah ada sebagai energi alternatif. Misalnya pemanfaatan
tenaga angin, air, atau energi matahari untuk menggantikan fungsi dari energi
minyak bumi.
b)
Dapat
Mengatasi Masalah Kependudukan
Hal ini dikarenakan angka
pertumbuhan kecil, jumlah penduduk pada umumnya tidak terlalu banyak, angka
beban ketergantungan kecil, kualitas dan produktivitas penduduk tinggi,
pendapatan perkapita tinggi, dan peluang kerja dan kesempatan berusaha terbuka
luas.
c)
Produktivitas
Masyarakat Didominasi Barang-Barang Hasil Produksi dan Jasa
Kegiatan ini tidak memerlukan
lingkungan agraris, sehingga dapat dipastikan bahwa > 70% penduduk negara
maju tinggal di perkotaan.
d)
Tingkat dan
Kualitas Hidup Masyarakat Tinggi
Tingginya kualitas penduduk
mendorong semakin tingginya produktivitas masyarakat yang bermuara pada semakin
tingginya pendapatan perkapita dan pendapatan nasional.
e)
Ekspor yang
Dilakukan adalah Ekspor Hasil Industri dan Jasa
Ada kalanya, suatu negara maju
sangat minim sumber daya alam atau bahkan tidak memiliki sumberdaya alam
samasekali,namun dapat menghasilkan produk olahan sumberdayaalam.Misalnya,hasilminyak
mentah dari negara Inggris sangat minim,namun Negara tersebut mampu
menghasilkan produk olahan minyak bumi dan memasarkannya ke seluruh
penjurudunia.Kebutuhan minyakmentahnya tercukupi dengan cara mengimpor dari
negara-negara lain yang umumnya termasuk dalam kategori negara-negara
berkembang.
f)
Tercukupinya
Penyediaan Fasilitasilitas Umum
Negara maju memiliki kemampuan
berupa sarana dan dana dalam memberikan pelayanan fasilitas umum yang memadai
bagi warganya. Hal ini juga didukung dengan tingginya tingkat kesadaran warga
masyarakatnya dalam memelihara dan memanfaatkan ketersediaan sarana fasilitas
umum yang ada.[3]
g)
Kesadaran
Hukum, Kesetaraan Gender, dan Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia Dijunjung
Tinggi
Masyarakat di negara maju pada
umumnya memiliki disiplin yang tinggi dalam mematuhi hukum. Pemerintahan yang
berjalan menerapkan prinsip akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan) serta
transparansi (terbuka) dalam berbagai tindakan dan pengambilan keputusan.
Jenis kelamin tidak lagi dipermasalahkan dalam penentuan jabatan, namun
kemampuanlah yang diperhitungkan. Penghormatan terhadap hak asasi manusia
dijunjung tinggi, bahkan untuk golongan minoritas, misalnya untuk kaum difabel
(different ability) seperti orang tua, tuna netra, atau penyandang cacat fisik
yang lain diberi fasilitas khusus dan porsi atau kesempatan kerja yang sejajar
dengan masyarakat normal.
h)
Tingkat
Pendidikan Relatif Tinggi
Tingkat pendidikan merupakan salah
satu indikator penting yang menunjukkan kualitas penduduk suatu negara. Di
negaranegara maju secara umum penduduknya sudah memiliki kesadaran tinggi akan
arti penting pendidikan dan penguasaan Iptek. Hal tersebut terlihat dari angka
partisipasi belajar penduduk negara-negara maju yang sangat tinggi. Tingginya
tingkat pendidikan penduduk di negara maju juga ditunjang oleh sistem
pendidikan yang baik dan anggaran pendidikan yang tinggi dari pemerintah.
i)
Tingkat
Pendapatan Penduduk Relatif Tinggi
Kemajuan tingkat pendidikan serta
penguasaan Iptek oleh mayoritas penduduk menjadikan negara maju memiliki
potensi SDM yang berkualitas tinggi. Kondisi demikian membuat penduduk negara
maju tidak lagi menggantungkan sektor pertanian sebagai penghasilan utama,
tetapi di sektor industri, jasa dan perdagangan. Variasi pekerjaan di berbagai
sektor tersebut menjadikan penduduk Negara maju memiliki pendapatan rata-rata
tinggi. Penghasilan penduduk yang tinggi akan berdampak pada pendapatan
perkapita yang tinggi pula.
j)
Tingkat
Kesehatan Sudah Baik
Rata-rata penduduk negara maju sudah
memiliki standar kehidupan yang tinggi, sehingga kesadaran masyarakat akan arti
penting kesehatan juga sudah baik. Selain itu pihak pemerintah juga memberikan
perhatian yang sangat baik terhadap tingkat kesehatan masyarakat melalui
pembangunan berbagai sarana dan prasarana kesehatan yang memadai di berbagai
daerah yangdapatdijangkauoleh semua lapisan masyarakat. Tingkat kesehatan
penduduk yang sudah baik,dapat terlihat dari angka kematian penduduk yang rendah
dan angka harapan hidup penduduk yang tinggi di negara maju.[4]
B. Kebudayaan
Primitif
Ditinjau dari segi geografis, desa
adalah hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya.
Hasil dari perpaduan itu merupakan suatu wujud/penampakan dimuka bumi yang
ditimbulkan oleh unsure unsure fisiografis, social,ekonomi,dan cultural yang
saling berinteraksi antar unsure tersebut dan juga hubungannya dengan daerah
daerah lain.
Menurut sutardjo karto hadikusumo,
desa adalah suatu kesatuan hokum bertempat tinggalnya suatu masyarakat yang
berkuasa dan mengadakan pemerintahan sendiri.
Menurut bintarto dalam bukunya suatu pengantar
geografis desa, 1977, dejelaskan sbb
1.
Daearah,
dalam arti tanah tanah yang produktif dan yang tidak, serta penggunannnya.
2.
Penduduk,
meliputi jumlah,pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian
penduduk desa setampat.
3.
Tata
kehidupan,dalm hal ini pola tata pergaulan dan ikatan ikatan pergaulan warga
desa.
Maju mundurnya desa bergantung pada
3 unsur ini yang dalam kenyataannya ditentukan oleh factor usaha manusia (human
efforts) dan tata geografis (geographical setting). Adapun menurut Paul H.
landis, desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan
cirri cirri sbb:
1.
Mempunyai
pergaulan hidup yang saling mengenal anatara beberapa ribu jiwa;
2.
Memiliki
perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan terhadap adat
kebiasaan.
3.
Memiliki
cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada umumnya, dan sangat
dipengaruhi oleh keadaan alam, sepwerti: iklim,kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.
Jadi, yang dimaksud masyarakat
pedesaan adalah sekelompok orang yang mindiami suatu wilayah tertentu yang
penghuninya mempunyai hubungan erat, yang mempunyai perasaan yang sama terhadap
adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluagaan didalam kelompok
mereka,seperti gotong royng dan tolongmenolong.
- Ciri - Ciri Masyarakat Primitif
Masyarakat pedesaan ditandai dengan
pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesame anggota warga desa. Sehingga
seorang merasa dirinya merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari
masyarakat tempat ia hidup serta rela berkorban demi masyarakatnya, saling
menghhormati serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama didalam
masyarakat terhadap keselamatan dan kebhagiaan bersama. Adapun cirri cirri
masyarakat pedesaan antara lain sbb;[5]
a)
Setiap
warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila di bandingkan
dengan warga masyarakat di luar batas –batas wilayah
b)
System
kehidupan umum nya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau
paguyuban).
c)
Sebagian
besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian .ada paun pekarjaan yang
bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan sebagai pengisi waktu luang
d)
Masyarakat
homogen,seperti dalam hal mata pencaharian ,agama,adat istiadat,dan sebagai
nya.
- Kegitan Masyarakat Primitif
Karena anggota warga masyarakat
mempunyai kepentingan poko yang hampir sama,mereka selalu bekerja sama untuk
mencapai kepentingan mereka.pada waktu mendirikan rumah,upacara pesta
perkawinan,memperbaiki jalan desa,membuat saluran air ,dan sebagai nya,mereka
selalu bekerja sama.bentuk kerja sama masyarakat inilah yang sering disitilah
kan dengan gotong royong dan tolong menolong .pada saat ini pekrjaan gotong
royong lebih populer dengan istilah kerja bakti ,misal nya memperbaiki
jalan,saluran air,menjaga keamanan desa (ronda malam) ,dan sebagainya .kerja
sama macam ini biasanya menangani ha hal yang lebih bersifat demi kepentingan
umum dan bukan untuk kepentingan perseorangan (individual),seprti mendirikan
rumah,pesta perkawinan pada musibah (seperti kematian),kelahiran dan sebagai
nya.perlu di catat dan di ketahui disini bahwa semua kegiatan kerja sama
ini,baik kerja bakti maupun tolong menolong ,tidak membutuhkan ahli tertu.dalam
arti ,setiap warga desa mampu mengerjakan nya .pekerjaan gotong royong (kerja
bakti ) terdiri atas dua macam ,yaitu:
a)
Kerja sama
untuk pekerjaan yang timbul nya dari inisiatif warga masyarakat itu
sendiri (biasa di istilah kan dari bawah )
b)
Kerja sama
dari masyarakat itu,tetapi barasal dari luar (biasa berasal dari atas)
C.
Masyarakat Agraris
Sebagian besar penduduk Indonesia
masih bekerja dalam sector pertanian termasuk peternakan dan perikanan. Menurut
statistic sensus pertanian 1963, Indonesia memiliki 41.000 komunitas desa, 21.000
di Jawa. Dari komunitas itu dapat dibagi kedalam dua golongan berdasarkan
teknologi usaha taninya. a) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di lading,
dan b) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di sawah.
Adapun desa-desa golonngan pertama
dapat di temui di pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku,
Irian dengan perkecualian beberapa daerah di Minahasa. Desa-desa yang termasuk
golongan kedua terutama terletak di Jawa, Madura, Bali dan Lombok.
Teknologi bercocok tanam di lading
memerlukan tanah yang luas. Biasanya para petani dahulu hidup berpindah-pindah,
karena mencari lahan yang baru untuk di tanam, namun sekarang petani menetap
karena teknologi pertanian yang maju untuk menyuburkan tanah seperti pupuk,
adapun cara bercocok tanam dahulu juga berbeda dengan sekarang misalnya dulu
hanya mengandalkan hujan namun sekarang bias dibuat sumur atau bendungan
persediaan air.[6]
Dengan alasan itulah penulis ingin
mencoba memahami pengertian serta hal-hal yang berkaitan tentang kebudayaan masyarakat agraris.
Adapun isi dari makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itulah perlunya
kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan pembelajaran ini.
- Kebudayaan Masyarakat Agraris
Berbicara tentang masalah primitif,
maka kita akan berbicara tentang kehidupan masyarakat desa. Begitu pula,
kehidupan desa selalu dikaitkan dengan kehidupan agraris, yaitu kelompok
masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian di bidang pertanian. Desa sebagai
penghasil pangan utama, menjadi tumpuan bagi masyarakat kota.
Menurut Bintarto, desa mempunyai
unsur-unsur sebagai berikut :
- Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, serta penggunaannya.
- Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan persebaran dan mata pencaharian penduduk setempat.
- Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan.
Maju mundurnya sebuah desa
bergantung dari tiga unsur ini yang dalam kenyataannya ditentukan oleh faktor
usaha manusia (human efforts) dan tata geografi (geographical setting). Adapun
menurut Paul H. Landis, desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500
jiwa. Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu jiwa.
- Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan terhadap adat kebiasaan.
- Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti : iklim, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.
Jadi yang dimaksud masyarakat
pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah tertentu yang
penghuninya mempunyai perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada,
serta menunjukkan adanya kekeluargaan di dalam kelompok mereka, seperti gotong royong
dan tolong-menolong.
- Ciri-Ciri Masyarakat Agraris
Masyarakat pedesaan ditandai dengan
pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama anggota warga desa sehingga
seseorang merasa dirinya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat tempat ia hidup, serta rela berkorban demi masyarakatnya, saling
menghormati, serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama di dalam
masyarakat terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama. Adapun ciri-ciri
masyarakat pedesaan antara lain; Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih
mendalam dan erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat di luar batas-batas
wilayahnya.[7]
Sistem kehidupan pada umumnya
berkelompok dengan dasar kekeluargaan
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya. Masyarakat itu sering disankut pautkan dengan petani biasanya mereka menggunakan alat-alat manual misalnya, menggunakan tenaga hewan untuk membajak sawah, cangkul, sabit dan sebagainya. Adapun mode produksi dalam bidang ekonomi biasanya berupa Pertanian, pertambangan, perikanan, peternakan dengan cara tradisional. Sumber daya alamnya berupa angin, air, tanah, manusia,yang pada akhirnya mereka membutuhkan bahan mentah atau alam sebagai penunjang kehidupan.
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya. Masyarakat itu sering disankut pautkan dengan petani biasanya mereka menggunakan alat-alat manual misalnya, menggunakan tenaga hewan untuk membajak sawah, cangkul, sabit dan sebagainya. Adapun mode produksi dalam bidang ekonomi biasanya berupa Pertanian, pertambangan, perikanan, peternakan dengan cara tradisional. Sumber daya alamnya berupa angin, air, tanah, manusia,yang pada akhirnya mereka membutuhkan bahan mentah atau alam sebagai penunjang kehidupan.
- Kegiatan Masyarakat Agraris
Salah satu ciri khas dalam kehidupan
masyarakat desa adalah adanya semangat gotong-royong yang tinggi. Misalnya pada
saat mendirikan rumah, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan
sebagainya. Gotong royong semacam ini lebih dikenal dengan sebutan kerja bakti,
terutama menangani hal-hal yang bersifat kepentingan umum. Ada juga
gotong-royong untuk kepentingan pribadi, misalnya mendirikan rumah, pesta
perkawinan dan kelahiran. Pekerjaan gotong royong terdiri atas dua macam, yaitu
:
- Kerja sama yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (diistilahkan dari bawah, tanpa ada paksaan dari luar)
- Kerja sama dari masyarakat itu sendiri, tapi berasal dari luar (biasa berasal dari atas, misalnya atas perintah aparat desa)
Lebih dari 82 % masyarakat Indonesia
tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian agraris. Masyarakat pedesaan
mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa
bantuan orang lain. Jadi, mereka bukanlah masyarakat yang senang berdiam diri
tanpa aktivitas, tanpa ada suatu kegiatan, tetapi sebaliknya. Pada umumnya
masyarakat desa sudah bekerja keras, namun mereka perlu diberikan pendorong
yang dapat menarik aktivitas mereka, sehingga cara dan irama bekerjanya menjadi
efektif, efisien dan berkelanjutan.
Di Indonesia, aktivitas gotong
roypng biasanya tidak hanya menyangkut lapangan bercocok tanam saja, tapi juga
menyangkut lapangan kehidupan social lainnya seperti:
a)
Dalam hal bencanya
atau musibah, contohnya: kematian, sakit atau kecelakaan
b)
Dalam hal
pekerjaan rumah tangga, contohnya: memperbaiki atap rumah, menggali sumur, dll.
c)
Dalam hal
pesta, contohnya: pernikahan, kitanan, dll.
- Perkembangan Masyarakat Agraris
Masyarakat agraris sebenarnya tidak
stagnan; mereka berkembang dan berubah seperti kita namun pada tingkatan laju
yang lebih rendah. Perubahan lambat yang menjadi nyata selama berpuluh-puluh
atau beratus-ratus tahun dan selama periode yang demikian kita dapat mencirikan
kecenderungan jangka-panjang dari proses siklik dan kejutan acaknya.
Kecederungan untuk menjadi sederhana didalam kehidupan masyarakat agraris
selalu saja terjadi dan telah mengakar kuat. Masyarakat agraris mendapatkan
pengetahuan tentang bagaimana menjalin hubungannya dengan alam tempat mereka
hidup secara turun-temurun.
D.
Masyarakat Industri
Menurut Straubhaar dan LaRose
(2004), Masyarakat Industri mengacu pada terjadinya Revolusi Industri, yang
umumnya dikaitkan dengan penemuan mesin uap. Namun sesungguhnya, pemicu penting
menuju era industri tersebut dimulai dengan penemuan di bidang komunikasi,
yakni publikasi Bible yang diproduksi dengan mesin cetak pengembangan dari
Johannes Guttenberg (1455).
Manusia cenderung bersifat dinamis.
Selalu ada perubahan yang terjadi pada diri manusia. Semakin meningkatnya
kebutuhan hidup sedangkan SDA yang tersedia semakin menipis dan lahan
kerja yang tidak memadai, keterbatasan lahan perkotaan untuk migrasi,
pemerataan pembangunan dan penghematan biya produksi menyebabkan munculnya
keinginan untuk menciptakan satu hal baru yang dapat meningkatkan taraf hidup
menjadi lebih baik dengan mengubah pola hidupnya. Perubahan paling sederhana
yang tampak secara spasial adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan
industri dan kawasan perumahan yang tentu berdampak pada beralihnya profesi
masyarakat petani ke profesi lain. Hal ini mempunyai pengaruh pada pola hidup,
mata pencaharian, perilaku maupun cara berpikir.
Masyarakat dan kebudayaan memang
saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
tersebut dimungkinkan karena kebudayaan merupakan produk dari masyarakat.
Pengaruh yang nantinya akan membuat perubahan umumnya terjadi karena adanya
tuntutan situasi sekitar yang berkembang. Sehingga, masyarakat yang awalnya
masyarakat pertanian lambat laun berubah menjadi masyarakat industri. Perubahan
sosial terjadi karena adanya kondisi-kondisi sosial primer, misalnya kondisi
ekonomi, teknologi, georafi dan biologi. Kondisi-kondisi inilah yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya.[9]
- Ciri-ciri Masyarakat Industri
a)
Secara Umum.
Meluasnya produksi massa barang-barang industri dengan menggunakan mesin, yang
terpusat di kota-kota besar. Migrasi massal dari pedesaan ke
kota-kota (urbanisasi) Peralihan dari pekerjaan sektor pertanian kepada
pekerjaan di sektor pabrik. Jumlah penduduk kota yang melek huruf seiring kebutuhan
bidang pekerjaan yang lebih komplek. Munculnya surat kabar untuk kaum
urban sebagai sarana untuk mengiklankan produk-produk baru industri. Media
massa mempunyai peranan penting dalam masyarakat industri. Penemuan teknologi
baru seperti film, radio, dan televisi sebagai hiburan kaum urban.
b)
Secara
Khusus
Pertama
Mereka dalam
menyambung kehidupan tidak melewati lahan pertanian seperti masyarakat agraris
atau mengandalkan hasil peternakan, seperti masyarakat padang pasir, melainkan
pada jalannya mesin-mesin pabrik, khususnya di daerah perkotaan, sedangkan
pertanian dikerjakan di daerah pedesaan dalam lokalisasi yang sangat kecil,
karena dengan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi mampu menciptakan panen yang
cukup besar, di Amerika Serikat lokalisasi pertanian hanya 5% saja, sudah mampu
memberikan kehidupan pada masyarakat lain yang bekerja di luar sektor
pertanian.
Ketergantungan
masyarakat industri terhadap pabrik, sama halnya bergantung dengan penguasa
pabrik, tidak jarang dijumpai penguasa pabrik bersikap tidak etis atau tidak
manusiawi terhadap pekerja diantaranya melarang beribadah, membuka aurat,
memaksa ikut upacara agamanya, bila tidak bersedia akan dikeluarkan. Mereka
yang tidak tahan menghadapi kesulitan hidup mudah melepaskan kepercayaan
agamanya. Berbeda dengan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan tanah
pertanian, tanah tersebut tidak mampu memaksakan orang berlaku dholim.
Kedua
Potensi-potensi
kehidupan terdapat pada sarana-sarana yang dapat menunjang perkembangan pabrik
diantaranya ialah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gedung misalnya
pengetahuan arsitek atau sipil, yang berhubungan dengan pengaturan personalnya
terdapat pada pengetahuan personalia atau manajemen untuk pengembangan produksi
terdapat pada manajemen pemasaran, akuntansi untuk kegiatan administrasinya dan
masih banyak lagi pengetahuan untuk bekal hidup pada Masyarakat Industri.
Pengetahuan
yang tidak berhubungan langsung untuk menunjang produksi kurang mendapatkan
perhatian, misalkan pengetahuan keguruan, lebih dijauhkan lagi apabila
bidangnya tidak berhubungan dengan produksi, misalkan bidang keagamaan,
sejarah, bahasa, atau filsafat. Secara alamiah akan terjadi klas ilmu
pengetahuan, pengetahuan teknik perusahaan lebih dominan daripada pengetahuan
sosial. Akibatnya mereka akan cepat mendapatkan kemajuan material akan tetapi
sangat ketinggalan terhadap permasalahan nilai-nilai kemanusiaan, kehidupan dan
ketuhanan.
Ketiga
Kecintaan
masyarakat industri terhadap kebahagiaan material sangat besar dibandingkan
dengan kebahagiaan immaterial, sebagaimana kebahagiaan masyarakat agraris, yang
lebih menekankan pada kerukunan, kasih sayang dan saling menghormati. Hal itu
dapat dimaklumi karena bentuk-bentuk kebahagiaan material pada masyarakat
industri kuantitas dan kualitasnya sangat banyak, variatif dan selalu mengalami
perubahan, berkat dukungan kemajuan pengetahuan teknologi. Mereka lebih baik
mengorbankan kebahagiaan immaterial yang ruang lingkupnya lebih kecil, demi
kebahagiaan material. Sehingga masyarakat industri banyak mengalami gangguan
psikis, rasa ketegangan, persaingan, ketakutan terhadap ketertinggalan dan
konflik, perjudian, wanita dan minuman keras sering dijadikan tempat hiburan
untuk menghilangkan ketegangan.
- Perilaku Masyarakat Industri
Masyarakat industri pada umumnya
dapat mengurus dirinya sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Yang penting
disini adalah manusia perorangan atau individu. Kesempatan kerja lebih
banyak diperoleh warga kota karena sistem pembagian kerja yang tegas dan sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya (prfesionalisme). Pola pemikiran yang
raional, sistematis dan objektif yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan
menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor
kepentingan dari pada faktor pribadi.
Faktor waktu lebih penting dan
berharga, sehingga pembagian waktu yang sangat teliti sangat penting untuk
mengejar kepentingan individu. Para pengelola industri akan menciptakan
aturan-aturan yang berlaku sesuai tuntutan dalam dunia industri yang jauh berbeda
dengan aturan masyarakat agraris. Aktivitas yang dilakukan masyarakat
industri pun berbeda dengan masyarakat agraris. Mereka cenderung lebih
menghargai waktu, hidup serba cepat, jam kerja mereka lebih jelas, kerja
tersistematisasi, persaingan ketat di berbagai aspek, dan sebagainya. Mereka
juga cenderung lebih menggunakan rasio dalam memutuskan sesuatu ataupun
bertindak. Perubahan sosial sangat nampak dengan nyata, karena kota-kota
biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
- Kebudayaan Masyarakat Industri
Industri memberikan input kepada
masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkah laku yang mencerminkan cara
bersikap dalam bekerja. Dengan berkembangnya aspek ekonomi yaitu
industrialisasi jelas akan membawa perubahan dalam dalam kehidupan masyarakat
walaupun secara perlahan. Masyarakat secara bertahap menerima adanya zaman
baru, yaitu modernisasi. Mereka mulai belajar menerima budaya yang ditularkan
negara luar karena adanya kerjasama satu sama lain dan hal itu tidak bisa
dihindarkan. Mereka harus bisa menyesuaikan diri, namun hal itu tidak lantas
mengharuskan masyarakat meninggalkan budaya sendiri.[10]
Secara ekonomis kini masyarakat
industrialis semakin bertambah kaya, baik secar kuantitas maupun kualitas.
Namun kondisi yang membaik ini menurut Mercuse adalah keadaan yang terlihat
hanya dari kulit luarnya saja. Sesuatu yang menipu karena pada kenyataanya
peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan manusia hanya dirasakan secara
lahiriah saja. Manusia pada masyarakat industri adalah manusia yang tidah utuh
nilai-nilai kemanusiaannya. Mereka terjebak dalam budaya konsumeristik
hedonisme yang dipacu oleh faktor-faktor produksi. Kemajuan dibidang material
justru berbading terbalik dengan merosotnya nilai-nilai moral, kebudayaan dan
agama.
Untuk menjadi industrial, masyarakat
harus disiapkan untuk menerima nilai-nilai yang bakal menunjang proses
industrialisasi, dikehendaki ataupun tidak pasti melahirkan tata nilai yang
kebanyakan tidak dikenal oleh suatu masyarakat pedesaan (Nurcholish Madjid,
1999 : 127).
- Mata Pencaharian
Dalam masyarakat industri biasanya
terdapat spesialisasi pekerjaan. Terbentuknya spesialisasi pekerjaan tersebut
disebabkan oleh semakin kompleks dan rumitnya bidang-bidang pekerjaan dalam
masyarakat industri. Proses perubahan yang terjadi dalam diferensiasi pekerjaan
ini mengakibatkan terjadinya hierarki prestise dan penghasilan yang kemudian
menimbulkan adanya stratifikasi dalam masyarakat yang biasanya berbentuk
piramida. Stratifikasi sosial inilah yang menentukan strata anggota masyarakat
yang ditentukan berdasarkan sikap dan karakteristik masing-masing anggota
kelompok.
Di wilayah Industri sudah
banyak tedapat industri. Ini menyebabkan mata pencaharian masyarakat setempat
sebagai karyawan atau buruh pabrik. Hal ini disebabkan lahan pertanian sekitar
desa industri telah menjadi lahan industri, menjadikan kebanyakan warga
menjadikan mata pencaharian utama adalah sebagai karyawan pabrik atau sebagai
buruh. Selain itu akibat wilayah mereka menjadi industri, menyebabkan dari
masyarakat menjadi pedagang, baik kecil maupun menengah.
Dalam masyarakat Industri, mata
pencaharian masyarakatnya secara umum dapat diklasifikasikan sebagai
pengolah dan pembuat barang-barang industri. Bercocok tanam tidak lagi menjadi
pekerjaan tetap mereka,karena lahan- lahan pertanian telah berubah fungsi
menjadi home industri dan pabrik pabrik. Perlu digarisbawahi bahwa perubahan
mata pencaharian tadi, juga sangat berpengaruh pada kemajuan perdagangan.
Sehingga berdagang juga merupakan salah satu irri mata pencaharian masyarakat
industri.[11]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Industrialisasi adalah suatu
proses perubahan sosial ekonomi yang
merubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri.
Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat
berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam
(spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi
adalah bagian dari proses modernisasi dimana
perubaha sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.
Ditinjau dari segi geografis, desa
adalah hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya.
Hasil dari perpaduan itu merupakan suatu wujud/penampakan dimuka bumi yang
ditimbulkan oleh unsure unsure fisiografis, social,ekonomi,dan cultural yang
saling berinteraksi antar unsure tersebut dan juga hubungannya dengan daerah
daerah lain.
Sebagian besar penduduk Indonesia
masih bekerja dalam sector pertanian termasuk peternakan dan perikanan. Menurut
statistic sensus pertanian 1963, Indonesia memiliki 41.000 komunitas desa,
21.000 di Jawa. Dari komunitas itu dapat dibagi kedalam dua golongan
berdasarkan teknologi usaha taninya. a) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam
di lading, dan b) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di sawah.
Adapun desa-desa golonngan pertama
dapat di temui di pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku,
Irian dengan perkecualian beberapa daerah di Minahasa. Desa-desa yang termasuk
golongan kedua terutama terletak di Jawa, Madura, Bali dan Lombok.
Menurut Straubhaar dan LaRose
(2004), Masyarakat Industri mengacu pada terjadinya Revolusi Industri, yang
umumnya dikaitkan dengan penemuan mesin uap. Namun sesungguhnya, pemicu penting
menuju era industri tersebut dimulai dengan penemuan di bidang komunikasi,
yakni publikasi Bible yang diproduksi dengan mesin cetak pengembangan dari
Johannes Guttenberg (1455).
B. Saran
Saran yang
dapat kami sampaikan adalah semoga makalah ini bisa dibahas dan dipelajari
serta menjadi suatu acuan belajar yang mendorong Mahasisiwa/i untuk membaca dan
membahas serta untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang materi kebudayaan
primitif, agraris dan industrial. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua terutama kami kelompok 2 selaku penyusun makalah ini.
Daftar Pustaka
http://kebudayanprimitif.blogspot.co.id/2013/09/kebudayaan-primitif-agraris-dan.html
Kurniawan, P (2002). Informasi Sebagai Komponen
Perubahan. Dalam. Sekapur Sirih Pendidikan Perpustakaan di Indonesia 1952 –
2002
Mawardi. Nurhidayat. IAD. ISD. IBD. Bandung:
Pustak Setia. 2000.
Koenjaningrat.1990.manusia dan kebudayaan.jakarta:djambata.
Narwoko,j.Dwi dan bagong suyanto(ed)2006.sosiologi
pengantar dan terapan.jakarta:kencana prenada media group
Kaelan,H.2000.Pendidikan
Pancasila.jogjakarta:paradigma
[9] Narwoko,j.Dwi
dan bagong suyanto(ed)2006.sosiologi pengantar dan terapan.jakarta:kencana
prenada media group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar